Tuesday, October 3, 2017

sejarah kerajaan denmarek

Ketika Kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran, banyak para adipati yang berada di pesisir pantai utara Pulau Jawa melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Para adipati yang sudah mendapat pengaruh Islam itu membentuk persekutuan di bawah pimpinan Demak. Setelah Kerajaan Majapahit Runtuh, berdirilah Kerajaan Demak sebagai Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
a.      Letak Kerajaan
Kerajaan Demak merupakan Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Secara geografis Kerajaan Demak terletak di daerah Jawa Tengah, tetapi pada awal kemunculannya Kerajaan Demak mendapat bantuan dari para Bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah menganut agama Islam.
Pada masa sebelumnya, daerah Demak bernama Bintaro yang merupakan daerah vasal atau bawahan Kerajaan Majapahit. Kekuasaan pemerintahannya diberikan kepada Raden Patah (dari Kerajaan Majapahit) yang ibunya menganut agama Islam dan berasal dari Jeumpa (daerah Pasai).

b.      Kehidupan Politik
Ketika Kerajaan Majapahit mulai mundur, banyak bupati yang ada di daerah pantai utara Pulau Jawa melepaskan diri. Bupati-bupati itu membentuk suatu persekutuan di bawah pimpinan Demak. Setelah Kerajaan Majapahit runtuh, berdirilah Kerajaan Demak sebagai Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak adalah sebagai berikut.
1.      Raden Patah
Menurut Kitab Babad Tanah Jawi, Raden Patah adalah keturunan raja terakhir Kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V dan seorang putri dari Cina. Setelah dewasa, Raden Patah diangkat oleh Kerajaan Majapahit menjadi raja bawahan di Bintoro (Demak) dengan gelar Sultan Alam Akbar al-Fatah.
Setelah Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran, demak melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Kemudian Raden Patah mendirikan Kerajaan Islam pertama di Jawa. Setelah Kerajaan Majapahit dihancurkan oleh Demak, pusat pemerintahan dipindahkan ke Demak. Peristiwa itu ditandai dengan pemindahan seluruh pusaka peninggalan Kerajaan Majapahit ke Bintoro. Peristiwa itu sekaligus menegaskan bahwa Kerajaan Demak merupakan ahli waris Kerajaan Majapahit. Sebagai ahli waris dari Kerajaan Majapahit, Demak berhak atas bekas wilayah taklukan Majapahit.
Raden Patah memerintah Demak dari tahun 1500-1518. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Oleh karena itu, Kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-maritim. Barang dagangan yang diekspor Kerajaan Demak antara lain beras, lilin, dan madu. Barang-barang itu di ekspor ke Malaka, Maluku dan Samudera Pasai.
Pada masa pemerintahan Raden Patah, wilayah kekuasaan Kerajaan Demak meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Disamping itu, Kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan-pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik yang berkembang menjadi pelabuhan transito (penghubung).
Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam. Jasa para wali dalam penyebaran agama Islam sangat besar, baik di Pulau Jawa maupun di daerah-daerah di luar Pulau Jawa, seperti di daerah Maluku yang dilakukan oleh Sunan Giri, di daerah Kalimantan Timur yang dilakukan oleh seorang penghulu dari Demak yang bernama Tunggang Pangeran.
Pada masa pemerintahan Raden Patah, dibangun Masjid Demak yang proses pembangunan Masjid itu dibantu oleh para wali atau sunan.
Ketika Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511 M, hubungan Demak dan Malaka terputus. Kerajaan Demak merasa dirugikan oleh Portugis dalam aktivitas perdagangan. Oleh karena itu, tahun 1513 Raden Patah memerintahkan Adipati Unus memimpin pasukan Demak untuk menyerang Portugis di Malaka. Serangan itu belum berhasil, karena pasukan Portugis jauh lebih kuat dan persenjataannya lengkap. Atas usahanya itu Adipati Unus mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor.

2.      Dipati Unus
Setelah Raden Patah wafat, tahta Kerajaan Demak dipegang oleh Adipati Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggalkan seorang putra mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu lama, namun namanya cukup dikenal sebagai panglima perang yang memimpin pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka, Adipati Unus dijuluki Pangeran Sebrang Lor atas usahanya melawan Portugis belum berhasil. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta Kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana.
Setelah ia wafat, terjadi kemelut politik di Kerajaan Demak. Kemelut itu disebabkan oleh persaingan antara kedua adiknya, Pangeran Sekar Sedo Lepen dan Pangeran Trenggono. Di tengah persaingan, Pangeran Sekar Sedo Lepen dibunuh oleh Sunan Prawoto, putra Pangeran Trenggono. Tewasnya Pangeran Sekar Sedo Lepen melapangkan jalan bagi Pangeran Trenggono untuk naik takhta Kerajaan Demak.

3.      Sultan Trenggono
Sultan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M Kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan). Daerah-daerah yang berhasil dikuasainya anatara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan Terhadap Daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan Kerajaan Pajajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan kemenangan itu, Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 Juni 1527 M itu kemudian diperingati sebagai hari jadi kota Jakarta.
Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan Trenggana memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil dikuasai, seperti Madiun, Gresik, Tuban dan Malang. Akan tetapi ketika menyerang Pasuruan (1546) Sultan Trenggana gugur.
Dibawah pemerintahan Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaannya. Ia menjadikan Demak sebagai pusat kekuasaan di Jawa. Ia pun menjadikan Demak sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Nusantara.
Guna menjadikan Demak sebagai kekuasaan di Jawa, Sultan Trenggono menaklukkan daerah pantai utara Jawa. Selain itu juga, Sultan Trenggono membantu penyebaran agama Islam dan pendirian Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan. Sebagai usaha agar Demak menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam.
Di bawah pemerintahan Sultan Trenggono, kekuasaan Demak meliputi sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur. Penaklukkan persisir utara Jawa Barat dilakukan oleh Fatahillah, salah seorang panglima Kerajaan Demak. Setelah Sultan Trenggono wafat, kembali terjadi persaingan politik antara keluarga Pangeran Sekar Sedo Lepen dan keluarga Sultan Trenggono. Kekacauan yang terjadi di pusat mendorong para adipati wilayah taklukan memerdekakan diri. Di tengah kemelut politik yang berlarut-larut, muncullah Joko Tingkir mengatasi keadaan. Ia berhasil meredam pemberontakkan Ario Penangsang. Putra Pangeran Sekar Sedo Lepen itu tewas dibunuh panglima perang Kerajaan Pajang yang bernama Sutawijaya. Peristiwa itu menandai berakhirnya Kerajaan Demak dan sekaligus mengawali berdirinya Kerajaan Pajang.



c.       Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak tidak jauh berbeda dengan kehidupan soaial pada masa Kerajaan Majapahit. Para masa kekuasaan Kerajaan Demak, kehidupan sosial masyarakat telah diatur sesuai dengan ajaran Islam. Di samping itu, masih ada pula masyarakat yang masih menjalankan tradisi lama. Dengan demikian, muncullah kehidupan sosial masyarakat yang merupakan perpaduan antara agama Islam dan tradisi lama (Hindu-Budha).

d.      Kehidupan Ekonomi
Kehidupan perekonomian Kerajaan Demak menitik beratkan pada sektor perdagangan dan pertanian. Letak Kerajaan Demak sangat strategis, yaitu berada pada jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan antara penghasil rempah-rempah di wilayah Indonesia bagian Timur dan Malaka sebagai pasar di Indonesia bagian barat.
Perekonian Kerajaan Demak berkembang dengan pesat dalam dunia maritim, hal itu didukung oleh sektor pertanian yang cukup besar. Di samping itu, Kerajaan Demak juga mengusakan kerja sama dengan daerah di pantai utara Jawa yang telah menganut agama Islam sehingga tercipta persekutuan di bawah pimpinan Demak.
Kerajaan Demak memiliki daerah pertanian yang sangat luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris. Maritim sebagai kerajaan maritim, Demak menjalankan fungsinya sebagai penghubung dan transito antara daerah penghasil rempah-rempah di Indonesia bagian timur dengan Malaka sebagai pasaran Indonesia bagian barat.

e.       Kehidupan Budaya
Pada waktu Kerajaan Demak berkuasa, agama Islam berkembang dengan pesat di Pulau Jawa. Perkembangan agama Islam didukung oleh para wali (ulama). Di antara para wali yang dijadikan sebagai penasihat di Demak adalah Sunan Kalijaga. Salah satu peninggalan kebudayaan Kerajaan Demak adalah Masjid Agung Demak yang terkenal dengan salah satu tiangnya yang terbuat dari pecahan kayu (tatal). Oleh karena itu, tiang tersebut diberi nama saka tatal. Pembangunan Masjid dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Di pendopo Masjid itulah Sunan Kalijaga meletakkan dasar-dasar perayaan Sekaten. Tujuannya adalah untuk menyebarkan tradisi Islam. Tradisi itu sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Surakarta.

       Keruntuhan Demak
Setelah Sultan Trenggana wafat, terjadi perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak, antara Pangeran Sekar Seda ing Lepen dan Sunan Prawoto (putra Sultan Trenggana). Pangeran Sekar Seda ing Lepen dibunuh oleh utusan Sunan Prawoto.
Putra Sekar Seda ing Lepen yang bernama Arya Penangsang dari Jipang menuntut balas kematian ayahnya dengan membunuh Sunan Prawoto. Selain Sunan Prawoto, Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri (suami Ratu Kali Nyamat, adik Sunan Prawoto). Pangeran Hadiri dianggap sebagai penghalang Arya Penangsang untuk menjadi Sultan Demak.
Selanjutnya Arya Penangsang dibunuh oleh Ki Jaka Tingkir yang dibantu oleh Kiyai Gede Pamanahan dan putranya Sutawijaya, serta Ki Penjawi. Jaka Tingkir naik tahta dan penobatannya dilakukan oleh Sunan Giri. Setelah menjadi raja, ia bergelar Sultan Hadiwijaya serta memindahkan pusat pemerintahannya dari Demak ke Pajang.
 LETAK KERAJAAN DEMAK
Kerajaan Demak yang didirikan pada tahun 1475 M merupakan kerajaan Islam pertama sekaligus yang terbesar yang terdapat di pulau Jawa.  Kerajaan Demak terletak pada lokasi yang sangat strategis sehingga memiliki pengaruh yang cukup signifikan di wilayah nusantara pada saat itu. Kerajaan ini terletak di tepi laut, spesifiknya di antara pelabuhan Bergota (pada masa itu merupakan pelabuhan dari kerajaan Mataram Kuno dan Jepara) sehingga menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dagang dari berbagai wilayah. Selain karena posisi yang strategis ini, kerajaan Demak pada masa itu juga memiliki daerah pertanian yang cukup luas sehingga mampu menjadikan kerajaan ini sebagai salah satu kerajaan yang memiliki peranan besar dalam aktivitas perekonomian antar pulau.
 AWAL BERDIRI DAN SILSILAH KERAJAAN DEMAK
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1475 M. Sebelum menjadi sebuah kerajaan, Demak sebenarnya merupakan bagian dari kerajaan Majapahit, yaitu sebagai sebuah Kadipaten dengan Raden Patah sebagai Adipatinya. Namun, pada masa dimana kerajaan Majapahit mengalami kemunduran, Demak yang dipimpin oleh Raden Patah dibantu para pengikutnya mulai memberontak dan perlahan memisahkan diri dari kerajaan Majapahit, dengan puncaknya terjadi ketika Demak menyerang Majapahit dan kemudian berdirilah Kerajaan Demak dengan Raden Patah sebagai raja pertama. Raden Patah yang juga dikenal dengan nama Penambahan Timbun berhasil memimpin kerajaan Demak menjadi salah satu kerajaan terbesar di pulau Jawa setelah runtuhnya kerajaan Majapahit. Namun pada tahun 1507 M Raden Patah turun tahta dan digantikan oleh putranya yaitu Pati Unus yang memimpin kerajaan Demak hingga tahun 1521 M sebelum beliau wafat dan digantikan oleh adiknya yang bernama Sultan Trenggana, dimana pada masa kepemimpinan Sultan Trenggana inilah kerajaan Demak berhasil mencapai puncak kejayaannya. Pada masa tersebut kerajaan Demak berhasil menguasai Banten, Sunda Kelapa (Jayakarta) dan Cirebon. Selain itu, mereka juga berhasil menyerang Portugis dan mematahkan hubungan Portugis dengan beberapa kerajaan, sehingga semua kerajaan di wilayah pantai utara Jawa tunduk pada Kerajaan Demak. Kerajaan Demak juga berperan penting dalam penyebaran syiar Islam pada masa itu. Dengan dukungan para Wali Songo mereka berhasil menjadi pusat penyebaran syiar Islam pada masa itu. Namun setelah Sultan Trenggana wafat pada tahun 1546, kerajaan Demak mulai diterpa konflik internal. Terjadi perebutan kekuasaan di antara sesama anggota keluarga kerajaan. Putra tertua Sultan Trenggana yaitu Sunan Prawata yang seharusnya menjadi ahli waris, dibunuh oleh Arya Penangsang yang kala itu menjadi Bupati Jipang, dan setelah itu ia menguasai tahta kerajaan Demak. Namun kemudian pangeran Hadiwijaya (Jaka Tingkir) yang didukung oleh keluarga kerajaan yang tidak setuju atas tahta kerajaan yang dipegang oleh Arya Penangsang berhasil mengalahkan Arya Penangsang, sehingga berpindahlah tahta kerajaan Demak ke tangan Jaka Tingkir. Sejak saat itu, ibukota kerajaan Demak yang berada di Bintoro dipindahkan ke  wilayah Pajang.
KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN PENINGGALAN KERAJAAN DEMAK
Pada masa keemasannya, kerajaan Demak menjadi salah satu wilayah yang menjadi pusat perekonomian di tanah air terutama dalam hal perdaganngan maritim. Banyak kapal-kapal barang yang membawa berbagai komoditas berlabuh di wilayah tersebut, keuntungan ini mampu dimanfaatkan dengan sangat baik oleh kerajaan Demak. Selain dari segi perdagangan maritim, wilayah kerajaan Demak juga memiliki lahan pertanian yang sangat luas sehingga mereka mampu menghasilkan berbagai jenis bahan makanan. Dari segi kehidupan sosial budaya, masyarakat Demak juga memiliki kehidupan yang sangat baik dan teratur. Dengan kehadiran para Wali Songo, mereka mampu menerapkan hukum syariat Islam dengan baik sebagai pedoman kehidupan mereka. Masjid Agung Demak yang merupakan lambang kebesaran kerajaan Demak merupakan peninggalan sejarah sekaligus bukti bagaimana kokohnya syariat Islam di kerajaan Demak. Selain Masjid Agung Demak, berikut beberapa peninggalan sejarah dari kerajaan Demak :






1. Masjid Agung Demak
             
            Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxLVfsiIlEWDNC9bl4BjyYTyOntWqLZfg_4CLj3IBfKn9_UHobHFfigAFJjzziEP20lqMfXxy5SskzBoorkHpsD0Alkd01nehXeVXR7PiBUge8cnL_kI9FwuLmJHSvqA3Nm2GJK6ejiN8/s1600/peninggalan+kerajaan+Demak+-+Masjid+Agung+Demak.JPG
Masjid ini dibangun oleh para Wali Songo pada tahun 1479 dan masih beridiri dengan kokoh hingga saat ini. Selain menjadi lambang kebesaran kerajaan pada masa itu, berbagai filosofis dan keunikan arsitektur yang terdapat di dalam Masjid Agung Demak ini juga merupakan salah satu bukti bagaimana kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran dan perkembangan agama Islam di Jawa pada masa itu.

2. Bedug dan Kentongan
                              
                   Description: Hasil gambar untuk bedug dan kentongan peninggalan kerajaan demak
Kedua alat ini juga merupakan peninggalan yang bersejarah dari kerajaan Demak. Pada masanya, bedug dan kentongan ini dipakai oleh masyarakat kerajaan Demak untuk memanggil orang-orang agar segera beranjak ke masjid untuk melaksanakan shalat 5 waktu setelah dikumandangkannya adzan.
3. Dampar Kencana
                    
                           Description: Hasil gambar untuk Dampar Kencana peninggalan kerajaan demak
Dampar Kencana awalnya merupakan tempat singgasana para raja pada masa itu. Namun kemudian Dampar Kencana ini dipindahkan ke masjid Agung Demak dan dialih fungsikan menjadi mimbar khatib. Damapar Kencana ini masih ada dan terawat rapi hingga saat ini di dalam Masjid Agung Demak.
4. Piring Campa.
                        
                       Description: Hasil gambar untuk Piring Campa. peninggalan kerajaan demak
Piring Campa adalah piring pemberian dari ibu Raden Patah yang merupakan seorang putri dari Campa. Piring yang berjumlah 65 buah ini, hingga saat ini terpajang sebagai hiasan di dinding Masjid Agung Dem

SENJATA PENINGGALAN KERAJAAN DEMAK
   Description: 4 Pusaka Legenda Kerajaan Mataram
Ilustrasi Kanjeng Kyai Ageng Kopek yang merupakan pusaka keris utama di lingkungan Kraton Yogyakarta (mediaindonesia.com)
Indonesia mempunyai beberapa macam pusaka, salah satunya keris. Keris yang merupakan  warisan budaya dunia ini memiliki kedudukan yang terhormat oleh masyarakat Jawa. Hampir setiap orang Jawa dahulu memiliki keris sebagai pusaka sekaligus identitas status sosial. Keris juga dipercaya mampu meningkatkan pamor pemiliknya. Selain keris, ada tombak pusaka yang juga menjadi senjata pusaka pada zaman dahulu.
Dari sekian banyak benda pusaka yang ada. Terdapat beberapa benda pusaka yang  melegenda, baik itu dari cerita maupun kekuatan yang tersimpan didalam senjata pusaka tersebut. Pusaka itu merupakan peninggalan dari tokoh-tokoh Mataram yang kini tersimpan di Kraton Yogyakarta. Berikut 4 pusaka yang sakti peninggalan Mataram yang dipercaya memiliki kekuatan besar :



1. Kyai Ageng Kopek Kanjeng
                           Description: Hasil gambar untuk Kyai Ageng Kopek Kanjeng
Kanjeng Kyai Ageng Kopek merupakan pusaka keris utama di lingkungan Kraton Yogyakarta. Pusaka ini hanya dipegang oleh Sultan yang tengah bertahta di Kraton Yogyakarta.Keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek dipakai sejak Hamengkubuwono I hingga Hamengkubuwono X, pusaka ini selalu menyertain Raja semenjak keberadaan Belanda hingga Mataram bersatu dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia mengusir pemerintah kolonial Belanda. Keris ini adalah atribut atau simbol atas peran Sultan sebagai pemimpin spiritual dan kerajaan atau negara
2. Kanjeng Kyai Joko Piturun
                             Description: Ilustrasi Keris Kanjeng Kyai Joko Piturun yang cuma diberikan ke putra mahkota Kraton Yogyakarta (http://www.harianjogja.com/)
Ilustrasi Keris Kanjeng Kyai Joko Piturun yang cuma diberikan ke putra mahkota Kraton Yogyakarta (http://www.harianjogja.com/)
Pusaka ini berada pada urutan kedua dunia keris di lingkungan Krato Yogyakarta. Kanjeng Kyai Joko Piturun akan diberikan kepada putra mahkota Kraton Yogyaarta. Konon keris ini pernah dimiliki Sunan Kalijaga dan ditempa oleh pandai besi kenamaan di Kerajaan Demak.

3. Kanjeng Kyai Pleret
                     Description: C:\Users\HAYCOM\Desktop\tombak kanjeng pleret.JPG
Pusaka ini merupakan tombak milik Danang Sutowojoyo atau Panembahan Senopati pendiri Kraton Mataran yang sekarang menjadi Kraton Yogyakarta. Konon ceritanya Kanjeng Kyai Pleret berawal dari air mani Syeh Maulana Maghribi. Pada saat itu Syeh Maulana Maghribi tidak sengaja melihat adik perempuan Sunan Kalijaga, yaitu Rasa Wulan yang sedang mandi di Sendang Beji. Air mani Syeh Maulana Maghribi kemudian menetes ke air sendang hinga Rasa Wulan menjadi hamil. Tetesan lainnya tiba-tiba mengeras dan kemudian berubah wujud menjadi mata tombak yang dinamai Kanjeng Kyai Pleret.

4. Kanjeng Kyai Baru Klinting
                                  Description: Tombak Kanjeng Kyai Baru Klinting yang dipercaya terbuat dari lidah naga (http://www.gudangpusaka.com/)
Tombak Kanjeng Kyai Baru Klinting yang dipercaya terbuat dari lidah naga (http://www.gudangpusaka.com/)
Pusaka ini juga berupa tombak yang pernah digunakan abdi dalem bernama Ki Nayadarma untuk menumpas pemberontakan yang dipimpin Adipati Pati Pragola. Tombak ini berasal dari lidah seekor naga yang dipotong oleh Panembahan Merbabu kakek ki Ageng Mangir.
Cerita ini berawal dari Ki ageng Mangir yang menghukum anaknya Baru Klinting yang berwujud naga untuk melingkari Gunung Merapi. Akan tetapi, kurang sedikit lagi Baru Klinting menjulurkan lidahnya. Hal itu yang membuat Ki Ageng Mangir memotong lidah Baru Klinting dan kemudian menjadi sebuah mata to

No comments:

Post a Comment